Senin, 24 Maret 2008

MISIKU


MISI HIDUP -- ALI BADRUDIN

1.APAKAH MANFAAT & MAKNA hidupmu?!
2.LIHATLAH TUJUAN AKHIR berpusat pada 3 PRINSIP utama: KEBENARAN, KEADILAN, dan KEBAIKAN!
3.INGATLAH 3S: Start with your self, Start small, and Start now!
4.BANGUN KECERDASANMU (
QQ) dengan SALAT malam dan BACA Quran! BELAJAR, BERKOMITMEN DAN BERBUAT!
5.ASAHLAH 4 GERGARJI dimensi pembaruan: FISIK, MENTAL, SPIRITUAL, SOSIAL--EMOSIONAL dengan OLAHRAGA, BACA & TULIS, PUASA, dan ber-INFAK!
6.DENGARKANLAH lebih banyak dari pada berbicara secara KRITIS & KREATIF.
7.RILEKS dan visualisasikan kesuksesanmu secara TETAP & BEBAS.
8.USAHAKAN OPTIMAL! Jangan MENUNDA-NUNDA, jangan TAKUT TANTANGAN atau MENYERAH!
9.DAHULUKAN yang utama, jadwalkan PRIORITAS!
10.DIRIMU PRO-AKTIF, jadilah SINAR bukan hakim, jadilah MODEL bukan kritikus, jadilah SOLUSI bukan masalah. Gunakanlah KEBEBASAN MEMILIH diantara stimulus dan respons (Sadar Diri, Suara Hati, Imajinasi, dan Kehendak Bebas).
11.INTROSPEKSI setiap saat dengan memahami dan memperbaiki fase-fase keberhasilan (AQ)!
12.NASIBMU sangat ditentukan oleh GPK2 (Gagasan, Perbuatan, Kebiasaan dan Karakter)!


•PRAKTIKKANLAH!
•MULAI MEMANFAATKAN KEBIASAAN PAGI-MALAM untuk meng-INTEGRASIKAN KRITIK DIRI (QQ).
•PROAKTIF pada TUJUAN AKHIR yaNG UTAMA agar me-MENANG-kan PENGERTIan SINERGI GERGAJI.
Aha… Kutemukan 12 Permata!


Oleh Ali Badruddin, M.Pd.

alibadrudin@gmail.com

Hasil petualangan ini sengaja kutulis bukan sekadar pengisi blog-ku, namun lebih dari itu, aku sangat perlu mengungkapkan rasa terima kasihku kepada Pimpinan Sekolah Lazuardi yang telah memberiku “hidup dan kehidupan yang abadi” yang membantuku tumbuh dan mengoptimalkan seluruh potensi. Sungguh, aku menemukan banyak permata yang berharga selama tujuh tahun di Lazuardi-- “Sekolah Pemelajaran Bagaimana Cara Belajar (learning how to learn)”, yang memberikan apresiasi kepada semua anak dengan beragam kecerdasan (multiple intelligences), kampus yang rindang tempat “berkhidmat” serta laboratorium kehidupan bagi setiap insan pendidikan—dimana sebelumnya aku tidak memiliki kekuatan spiritual (SQ), keteguhan emosional (EQ) dan cara mengoptimalan intellectual (IQ).
Dulu, aku merasakan hampir tak ada yang istimewa dalam perjalanan hidupku. Semuanya berjalan biasa-biasa saja. Namun setelah beberapa tahun berlalu ternyata banyak hal yang patut kusyukuri. Banyak butiran “mutiara” yang kudapatkan. Memang benar, sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), aku sangat mencita-citakan profesi guru-- tugas mulia yang konon derajatnya sama dengan para wali dan nabi--karena tugas mereka yang dapat mencerahkan umat manusia. Sayangnya, cita-citaku itu bukan semata-mata didorong oleh misi kenabian tersebut namun lebih karena hasratku untuk menjadi guru negeri (PNS) yang, hidupnya nampak lebih nyaman dan mapan. Semuanya didasarkan pada pertimbangan materialistik bukan akademik dan keilmuan.
Kubayangkan saat itu, pekerjaan guru sangatlah mudah, tidak terlalu menguras tenaga, dan menyenangkan karena setiap hari bertemu dengan anak didik. Para guru bisa “paling berkuasa di kelas”: mengajari anak-anak dengan cara ceramah; menasihatinya; menyuruh mengerjakan pekerjaan rumah (PR), kadang-kadang memarahi anak di saat jengkel; dan memukul meja atau melemparkan kapur jika anak-anak mereka ‘ribut atau nakal’. Kesenangan lainnya, guru-guru bisa menikmati seluruh aktifitasnya tanpa beban: bercanda dengan sesama rekannya sambil makan-makanan ringan di kantor; bisa rileks saat jam-jam istirahat tiba; dan bisa tertawa-tawa ketika memberikan tugas mencatat karena malas mengajar atau ada rapat dinas sekolah. Pulang sekolah pun bisa lebih cepat, paling lambat jam 12-an. Dengan gaji bulanan yang lumayan tak diragukan, pasti oenak jadi guru negeri!
Gambaran guru yang kubayangkan dulu ternyata sangat keliru ketika aku bergabung di Lazuardi pada tahun 2000. Melalui lingkungan sekolah yang asri dan konsep-konsep sekolah yang mutakhir inilah aku mulai mendapatkan pencerahan baru. Dengan memiliki visi sekolah yang terarah, misi sekolah yang sistematis dan terstruktur menjadikan Lazuardi pijakan dan tumpuan semua orang atau lembaga lain yang ingin tumbuh dan berkembang. Karena misi ketat itulah, Guru-guru Lazuardi pun dituntut harus memiliki kreativitas dan disiplin yang tinggi, memiliki keterampilan dan kemampuan berkomunikasi yang memadai, cakap dalam menyusun perencanaan dan penilaian proses (authentic assessment) yang matang, memiliki strategi pemelajaran yang beragam (mulai active learning hingga multiple intelligences), dan dapat menyelesaikan berbagai jenis administratif lainnya. Di samping itu, kehadiran sembilan jam mereka di sekolah -- mulai jam 07.00 s/d 16.00 Wib dengan tanggung jawab terhadap masalah perkembangan anak didik – semakin menegaskan bahwa guru Lazuardi memikul beban yang sangat berat.
Streskah menjadi guru di Lazuardi? Beberapa guru yang sempet berkomentar menyampaikan pendapat yang beragam. Menakjubkan! Sebagian besar diantara mereka mengemukakan, “Walaupun sibuk, menjadi guru di Lazuardi sangat menarik dan menantang, banyak hal baru yang bisa dipelajari”. Sebagian besar menyatakan kepuasannya dengan sikap Pimpinan Yayasan/Sekolah yang bukan hanya memberikan reward kenaikan gaji tahunan namun sering kali memberikan inspirasi dan apresiasi dengan sikap yang demokratis dalam menyikapi berbagai permasalahan. Tegasnya, banyak guru yang berpendapat bahwa sekolah ini merupakan wahana belajar untuk pengembangan diri mereka.
Tentu aku pun sependapat dengan mereka semua. Proses pemelajaran di Lazuardi sangatlah menyenangkan dan menantang terlebih bagi guru yang berjiwa petualang. Sikap mereka didasari oleh misi sekolah yang disampaikan pimpinan sekolah secara tersurat dan tersirat. Dalam misinya, Sekolah Lazuardi bertujuan untuk menciptakan anak-anak didiknya supaya:
“Beriman dan beramal-saleh;
berakhlak terpuji yakni memiliki keuletan, kesabaran, dan ketabahan yang tinggi serta cinta lingkungan;
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi pilihan spesialisasinya;
cinta dan terampil dalam belajar dan pengembangan ilmu;
kreatif, inovatif, komunikatif dan self confident.”

Pemikiran Pak Haidar memang sangatlah cemerlang dalam menggambarkan misi sekolah secara holistik. Rumusannya ternyata telah memberikan dorongan kepada semua orang untuk memiliki kompetensi sebagaimana yang dikembangkan dalam misi tersebut. Sebagai bahan renungan kita semua, “Mungkinkah kita dapat membentuk anak-anak didik yang kreatif, inovatif, komunikatif, cinta ilmu dan self confident jika para pendidik dan semua orang yang terlibat di dalamnya tidak memiliki kompetensi serupa?” Itulah life skills yang kita butuhkan dalam kehidupan ini yang harus kita tingkatkan.
Selama masa pendidikan yang “melelahkan dan mengecewakan” — karena aku tidak bernasib menjadi pegawai negeri walaupun telah mengisi berkas-berkas screening setelah menyelesaikan program ikatan dinas di IKIP Bandung-- hampir tidak pernah aku menemukan pencerahan seperti ini. Semua yang kupelajari dulu hanyalah sejumlah mata pelajaran yang “dikunyah dan dimuntahkan” yang aku sendiri belum menemukan manfaatnya. Jadi, tidaklah berlebihan jika aku mengatakan bahwa Lazuardi merupakan model sekolah visioner yang menebarkan ide-ide berharga bagi semua orang termasuk para siswa, orangtua, guru dan semua karyawan yang terlibat di dalamnya.
Dari perenunganku terhadap seluruh konsep dan misi Lazuardi, aku mencoba mengembangkan 12 pernyataan misi pribadiku. Misi hidup ini kuanggap sebagai untaian permata yang membuatku sangat berharga dalam menjalani kehidupan ini. Kuikat kedua belas permata itu dengan namaku sendiri dan menjadi “syahadatku” setiap hari.
Inilah 12 Misi Pribadiku dengan sedikit penjelasan:
1. Apakah MANFAAT hidupmu bagi orang lain?!
Kata ‘manfaat’ aku kembangkan dari Quantum Learning, sekaligus sebagai pengingatku tentang pentingnya “What is in it for me?” dalam setiap belajar dan pemelajaran. Juga kujadikan filosofi keberagamaanku, bukankah orang yang terbaik menurut Islam adalah mereka yang mendatangkan manfaat bagi orang lain, Khairunnas Anfa’ukum linnas (Alhadits).
2. Lihatlah tujuan akhir yang berpusat pada tiga prinsip utama: kebenaran, keadilan, dan kebaikan!
Melihat tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan hidup kita. Kemana kita akan pergi? Sedang berada di mana kita sekarang? Dengan begitu kita pastikan langkah-langkah yang kita ambil selalu berada pada arah yang benar. Adapun“Prinsip seperti layaknya mercusuar” kata Stephen Covey. Prinsip merupakan substansi hukum alam yang tidak dapat dilanggar. “Kita tidak mungkin melanggar hukum tersebut. Kita hanya dapat menghancurkan diri kita karena melanggar hukum-hukum tersebut”. Kebenaran adalah sesuatu yang paling nyata, hidup berdasarkan kebenaran akan menuntunku ke arah kesempurnaan. Kejujuran, kesabaran, dan konsistensi adalah contoh kebenaran manusia. Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Kebaikan adalah memberikan lebih dari haknya.
Sayidina Ali bin Abi Thalib pernah ditanya, “manakah yang lebih utama keadilan atau kebaikan?” jawabnya keadilan, karena dengan mengutamakan keadilan maka terbuka peluang untuk menciptakan kebaikan. Tetapi dengan mengutamakan kebaikan dapat menutupi atau melupakan keadilan.
3. Ingatlah 4S: Start with your self, Start early, Start small, and Start now (Mulai dari diri sendiri – sesegera mungkin – sedikit demi sedikit – lakukan sekarang juga)!
Menurut John Maxwell, pengembangan diri harus memperhatikan empat hal tersebut. Pengembangan diri harus start with yourself artinya kita tidak bisa menyuruh orang lain melakukan latihan untuk kesuksesan kita. Start early berarti kita harus segera memulai program pribadi kita tanpa menunggu keadaan menjadi sempurna. Start small, mulai latihan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Yang penting Start Now, lakukan langkah pertama kita!
4. Bangun kecerdasanmu dengan salat malam dan membaca (Iqra) ! Berkomitmen dan Berbuatlah!
Kemampuan otak kita sangatlah besar, use it or lose it – gunakan atau hilang. Optimalkanlah seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi, dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Tidaklah cukup dengan melakukan salat wajib untuk menyukuri anugerah Allah ini kepadamu, perbanyaklah salat malam. Lakukanlah peneguhan komitmen berulang-ulang. Pertama kali komitmen untuk memulai. Sebagaimana Goethe menyatakan, “Whatever you can do, or dream you can do, begin it. Boldness has genius, power, and magic in it.”
5. Asahlah 4 gergaji dimensi pembaruan: Fisik, Mental, Spiritual, Sosial/ Emosional dengan olahraga, menulis jurnal, puasa, dan berinfak!
“Asahlah gergaji” berarti mengekspresikan keempat motivasi atau dimensi sifat yang ada dalam diri kita secara teratur dan konsisten dengan cara-cara yang seimbang dan bijaksana. Kebanyakan orang berpikir tidak cukup waktu untuk berolahraga. Paradigma yang keliru!
6. Dengarkanlah lebih banyak dari pada berbicara!
Seringkali kita tidak sabar dalam mendengarkan pembicaraan orang lain sehingga tidak mampu menangkap hal-hal yang positif dari pribadi orang lain.
7. Rileks dan visualisasikan kesuksesanmu secara Tetap dan Bebas!
Konon, pikiran sadar (keadaan beta) mencakup 12% kapasitas berpikir manusia, sedangkan pikiran bawah sadar (keadaan di bawah beta) mencakup 88% kemampuan pikiran manusia. Untuk memasuki alam pikiran bawah sadar secara efektif, minimal kita harus berada dalam keadaan alpha, pikiran rileks, akibatnya stress pun hilang. Kondisi alpha merupakan pertemuan otak kiri dan otak kanan, intelektual dan imajinasi, pikiran sadar dan tidak sadar. Saat memasuki pikiran bawah sadar, kita bisa mengubah citra diri, mengubah kebiasaan buruk, menanamkan pikiran tertentu dan menetapkan tujuan hidup. Biasakanlah relaksasi dan visualisasikan kesuksesanmu setiap saat!
8. Usahakan optimal ! jangan takut tantangan apalagi Menyerah!
Dalam perjalanan hidup, tahap demi tahap seseorang akan semakin maju. Tetapi rintangan dan kesulitan selalu ada. Beragam orang dalam perjalanan mendaki puncak gunung dapat diklasifikasikan menjadi tiga: Quitter, tanpa ragu ia turun, pulang dan tidak melanjutkan pendakian. Ia menolak tantangan. Camper, tipe ini melakukan pendakian cukup jauh, cukup tinggi dan berkata, “Inilah tempat terjauh yang dapat saya capai”. Climber, orang seperti ini sepanjang hidupnya selalu merasa tertantang untuk mendaki puncak yang lebih tinggi. Tidak peduli latar belakang, nasib, atau keuntungan ia meneruskan pendakian. Inilah inti Adversity Quotient yakni kerangka pikir baru untuk memahami dan memperbaiki setiap fase keberhasilan. Bila kesuksesan kita ibaratkan dengan pohon, daun adalah kinerja, cabang adalah bakat dan harrapan; batang adalah kecerdasan, kesehatan, karakter; akar adalah keturunan, pendidikan, kepercayaan; dan tanah adalah AQ tempat pohon kesuksesan tumbuh subur/ gersang.
9. Dahulukan yang utama, jadwalkan prioritas!
Manajemen yang efektif adalah mendahulukan yang utama. Kita sering merasa sibuk karena tidak terjadwal. Konon, “orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang gagal, mereka belum tentu suka mengerjakannya, namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.”
10. Dirimu PROAKTIF, jadilah sinar bukan hakim, jadilah model bukan kritikus, jadilah solusi bukan masalah!
Proaktif berarti kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan susudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatu terjadi. Lihatlah kata tanggung jawab (responsibility) – “response-ability”—kemapuan untuk memilih respons. Gunakanlah Kebebasan memilih diantara stimulus dan respons (Sadar Diri, Suara Hati, Imajinasi, dan Kehendak Bebas)!
11. Introspeksi setiap saat!
Cara paling sederhana dalam memperbaiki kinerja adalah dengan melakukan refleksi. Dua pertanyaan sederhana tetapi ampuh: Apa saja yang sudah berjalan dengan baik? Apa yang semestinya bisa berjalan lebih baik? Teruslah melontarkan pertanyaan ini, maka kita akan mempelajari intisari introspeksi diri.
12. NASIBMU ditentukan oleh GPK2 (gagasan, perbuatan, kebiasaan dan karakter)!
“Keunggulan bukanlah suatu perbuatan tetapi suatu kebiasaan”. Kalau kita membiasakan diri kita jujur maka jujur itu akan menjadi karakter kita. Sebaliknya, orang yang biasa berdusta maka dusta itu akan menjadi karakternya. Demikian pula dengan belajar, jika kita membiasakan diri dengan mengoptimalkannya maka karakter pembelajar menjadi milik kita. “Taburlah gagasan tuailah perbuatan, taburlah perbuatan tuailah kebiasaan, taburlah kebiasaan tuailah karakter, dan taburlah karakter tuailah nasib”.
Pernyataan misi hidup yang kuuraikan di atas mungkin lebih tepat dikatakan untaian nasihat. Bagiku, kedua belas pernyataan misi ini merupakan “permata-permata” yang akan kupelihara sebagai warisan berharga bagi anak dan cucuku kelak. Terus-menerus aku memahaminya dan melakukan perbaikan konsep ini. Aku renungkan sendirian atau didiskusikan bersama teman-teman. Mudah-mudahan aktifitas ini akan membuka peluang-peluang perbaikan bagi perilakuku yang senantiasa berkembang. Pada suatu saat nanti, kita akan menghadap Tuhan sendirian. Kita akan berhadapan dengan ‘diri kita’ terdalam. Jadilah diri kita sebaik mungkin nanti, jadilah kita sebaik mungkin kini!